PENYEBAB KERUSAKAN TERUMBU KARANG
A. PENGERTIAN
Terumbu karang adalah ekosistem khas
perairan tropik yang merupakan habiatat berbagai biota laut untuk tumbuh dan
berkembang biak dalam kehidupan yang seimbang.
Sifat yang menonjol dari terumbu karang adalah produktifitas dan
keanekaragamannya yang tinggi, jumlah species yang banyak, bentuk morphologi
yang sangat bervariasi dan biomassa yang besar.
Saat ini kondisi terumbu karang di Indonesia mengalami penurunan. Dari hasil penelitian P3O – LIPI (1998),
kondisi terumbu karang di Indonesia hanya 6,41 % dalam kondisi sangat baik;
24,3 % dalam kondisi baik; 29,22 % dalam kondisi sedang dan 40,14 % dalam
kondisi rusak.
B. PENYEBAB KERUSAKAN
Kerusakan ekosistem terumbu karang
dapat digolongkan menjadi 4 golongan berdasarkan penyebab kerusakannya antara
lain akibat faktor biologis, akibat faktor fisik, akibat aktifitas manusia
secara langsung dan akibat aktifitas manusia secara tidak langsung.
a. Akibat
Faktor Biologis
1.
Predasi
Predasi
merupakan adanya jenis-jenis karang/biota karang lain tertentu yang bersifat
aktif dan agresif untuk mendapatkan makanan sehingga dapat menghambat/mematikan
pertumbuhan karang yang lainnya.
Beberapa contoh kasus predasi antara lain :
·
Beberapa
jenis karang Famili Musidae, Meandrinidae dan Favidae mempunyai pertumbuhan yang dapat menghambat pertumbuhan
jenis karang lain khususnya dari suku Acroporidae.
·
Beberapa
jenis karang yang menghasilkan zat antibiotik yang dapat mencegah pertumbuhan
organisme lain disekitarnya (misalnya jenis Montipora
sp.).
·
Beberapa
hewan pemakan polyp karang seperti Copepoda,
Barnacle, kepiting, beberapa Gastropoda,
Asteroid, ikan Chaetodon trifasciatus,
C. trifasialis, Acanthaster plancii,
dll.
·
Beberapa
hewan seperti Polychaeta dan Moluska merusak karang dengan cara membuat
rumah pada koloni karang.
2.
Penyakit
Karang
secara alami mempunyai penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Serangan penyakit ini biasanya dipicu oleh
adanya kondisi perairan yang tidak normal, misalnya danya pencemaran dan
kenaikan suhu permukaan air laut.
Penyakit yang biasa menyerang karang antara lain :
·
White band disesase atau biasa disebut dengan penyakit
gelang putih yang ditandai dengan adanya warna putih pada sebagian koloni
karang sedangkan sebagian lainnya berwarna normal.
·
Black band disease, penyakit ini hampir sama dengan
white band disease namun hasil akhirnya berbeda oleh karena karang yang
diserang ada yang menjadi hitam atau dapat pula mengalami bleaching
(memutih). Warna putih menunjukkan bahwa
jaringan karang telah mati sedangkan warna
hitam menunjukan jaringan yang sedang mengalami serangan penyakit.
·
Vibrio AK-1, bakteri ini menyerang pada bagian
kondisi dimana suhu lingkungan naik di atas normal. Kerusakan akibat bakteri ini ditandai dengan
memutihnya jaringan karang akan tetapi warna putihnya berupa bercak-bercak yang
tidak merata.
3.
Erosi Biologis
Erosi
biologis atau bio erosi merupakan kerusakan karang baik secara kimiawi maupun
mekanis karena terdegradasinya kapur kerangka tubuh karang (CaCO3) yang
disebabkan aktifitas organisme lain.
Beberapa contoh bio erosi antara lain :
·
Ikan
kakatua adan ikan Buntel mengerat atau mengkais-kais karang massive untuk
menajamkan giginya.
·
Polychaeta, moluska, krustacea membuat lubang untuk rumahnya
dengan cara mengebor kerangka karang.
·
Echinodermata menggerogoti karang untuk
memperoleh makanan yang berupa detritus atau algae yang melekat di kerangka
kapur.
·
Sponge, algae, cyanobacteria melekat di cangkang karang dan
mengeluarkan zat kimia tertentu yang dapat menurunkan keasaman disekitarnya
sehingga dapat melarutkan kapur kerangka tubuh karang.
·
Respirasi
dari turf algae pada malam
harimenghasilkan asam organik yang dapat menurunkan keasaman disekitarnya.
b. Akibat
Faktor Fisik
1.
Kenaikan Suhu Air Laut
Kenaikan
suhu air laut sekitar 3 – 4 ° C dari suhu normal akibat peristiwa El Nino dapat
menyebabkan karang menjadi Bleaching
yang kadang-kadang diikuti dengan kematian karang. Karang di daerah tropis lebih sensitive
terhadap perubahan suhu air laut dibanding dengan di daerah sub tropis.
2.
Pasang Surut
Kematian
karang akibat pasang surut dapat terjadi apabila terjadi pasang surut yang
sangat rendah sehingga terumbu karang muncul di atas permukaan air laut dan
terjadinya pada siang hari (matahari terik) atau pada saat hujan sehingga air
hujan langsung mengenai terumbu karang.
Kematian karang akibat pasang surut biasanya terjadi satu atau dua kali
dalam setahun dan meliputi area yang cukup luas.
3.
Radiasi Sinar Ultra Violet
Sinar
matahari yang memancar setiap hari mengandung sinar ultra vuolet A,B,C yang
mempunyai panjang gelombang yang berbeda-beda.
Sinar UV A dan B merupakan sinar yang mempunyai daya rusak terhadap
sel-sel hidup. Sinar UV akan mempunyai
dampak buruk terhadap karang jika karang terkena radiasi sinar UV di atas
normal (atau di atas kemampuan karang beradaptasi). Biasanya terjadi pada saat cuaca sangat
cerah, laut tenang dan jernih serta terjadi pada waktu yang cukup lama. Ciri-ciri kematian karang akibat sinar UV
yaitu terjadi bleaching meliputi daerah yang cukup luas, umumnya seragan dan
mencapai tempay yang cukup dalam.
4.
Penurunan Salinitas
Secara
fisik kematian karang karena penurunan salinitas dimulai dengan kontraksi dari
polip karang untuk lebih mempersempit kontak dengan air laut bersalinitas
rendah. Kontraksi polip akan mengurangi
kecepatan fotosintesa sehingga akan mengurangi kecepatan respirasi. Karena karang tidak mempunyai mekanisme untuk
mengatus tekanan osmose di dalam tubuhnya maka sel-sel akan pecah dan
zooxanthellae keluar dari jaringan karang yang akibatnya karang memutih. Jika penurunan ini berlangsung cukup lama
akhirnya semua jaringan karang akan lysis dan mati.
5.
Gunung Berapi, Gempa Bumi dan
Tsunami
Aktifitas
gunung berapi, gempa bumi dan tsunami mempunyai potensi untuk merusak terumbu
karang dengan akibat sangat berat. Gunung
berapi di Indonesia yang berpotensi menyebabkan kerusakan terumbu karang antara
lain Gunung Krakatau di Selat Sunda, Gunung Api Banda di Banda, Gunung Siau di
Pulau Sangihe, Gunung Lewotolo di Pulau Lembata dan Gunung Pinang di Sulawesi.
6.
Topan atau Badai
Kerusakan
karang yang disebabkan oleh topan biasanya sangat parah dan pada area yang
cukup luas tergantung dari kekuatan topan tersebut.
c. Akibat
Aktifitas Manusia Secara Langsung
1.
Penambangan Karang dan Pasir Laut
Penambangan
karang biasanya dilakukan untuk bahan bangunan, pembuatan kapur atau bahan
kerajinan. Karang yang diambil dapat
berupa karang hidup atau pecahan karang mati dan berasal dari semua jenis
karang batu. Akibat adanya penambangan
karang itu selain menyebabkan kerusakan karang secara langsung juga dapat
menyebabkan erosi pantai karena karang sebagai penahan ombak telah rusak
sehingga menyebabkan gelombang langsung menggerus pantai sedangkan pasir laut
yang ditambang akan mencemari wilayah terumbu karang sekitarnya.
2.
Pengeboman Karang
Kerusakan
karang akibat bom sangat luas. Dari
hasil pengamatan menujukkan bahwa penggunaan bom seberat 0,5 Kg yang diledakkan
di dasar terumbu dapat menghancurkan terumbu karang dengan radius 3 – 5 m dari
pusat ledakan.
3.
Penggunaan Cyanida atau Potas
Dampak
penggunaan potas terhadap terumbu karang dapat menyebabkan kematian karang
apabila digunakan dengan konserntrasi yang cukup tinggi dan berulangkali.
4.
Penangkapan Ikan dengan Bubu
Penggunaan
bubu untuk menangkap ikan di daerah terumbu karang dapat menyebabkan kerusakan
karang karena cara peletakan bubu tersebut di karang dengan cara membongkar
karang hidup untuk menindih bubu sehingga tampak seperti rongga dibawah terumbu
(kamuflase).
5.
Penangkapan Ikan dengan Muro Ami
Seperti
halnya dengan penggunaan bubu, muro ami dapat menyebabkan kerusakan karang
karena penggunaan bambu, pemberat yang dipukul-pukulkan ke karung untuk
menimbulkan bunyi berisik sehingga ikan-ikan keluar dari persembunyiannya
kemudian digiring ke arah jaring yang telah dibentangkan.
6.
Jangkar Perahu
Aktifitas
lempar jangkar di daerah terumbu karang juga memberikan kontribusi cukup besar
dalam kerusakan karang karena jangkar yang di lepas dilaut akan merusak karang.
7.
Kegiatan Pariwisata
Pengelolaan
wisata bahari yang tidak memperhatikan lingkungan seperti membuang sampah,
snorkling/diving dengan menginjak karang dan mengoleksi biota laut/karang.
d. Akibat
Aktifitas manusia Secara Tidak langsung
1.
Sedimentasi
Sumber
utama sedimentasi yaitu dari kegiatan penambangan di laut dan berasal dari
daratan yang dibawa oleh air sungai ke
laut. Sedimentasi tersebut akan
menyebabkan kekeruhan sehingga menghambat penetrasi sinar matahari dalam air
yang sangat dibutuhkan oleh karang untuk proses biologisnya.
2.
Limbah Kota dan Pencemaran
Limbah
kota dapat berupa limbah industri, limbah rumah tangga, limbah hotel dan
perkantoran, bengkel serta rumah sakit.
Beberapa limbah buangan yang dapat mematikan karang antara lain
detergen, senyawa chlorin, dari pestisida (DDT, Eldrin, Endrin), senyawa
polychlorinited biphenyl yang berasal dari pabrik cat, plastik dll, zat organik
berupa nitrat dan fosfat dapat menyebabkan utropikasi (blooming algae
tertentu).
3.
Minyak Bumi
Tumpahan
minyak bumi ke laut dalam jumlah cukup besar dapat menghambat reproduksi dan
perkembangan larwa karang, menghambat pertumbuhan karang, bleaching samapai
menyebabkan kematian.
C. PENUTUP
Dengan makin terancam
kondisi terumbu karang di Indonesia maka diperlukan suatu upaya bersama antara
pemerintah, LSM, masyarakat/nelayan dalam menyelamatkan terumbu karang. Peningkatan kesadaran/pemahaman dan
kesejahteraan masyarakat masyarakat nelayan, penegakan hukum yang tegas bagi
pelaku pengrusakan karang, penetapan wilayan konservasi laut dan tranplantasi
karang merupakan salah satu upaya bersama yang dapat dilakukan bagi para pihak
dalam menjaga dan melestarikan terumbu karang di Indonesia.
Sumber
Saduran :
Buku Petunjuk Pelaksanaan Tranplantasi Karang, Depertemen Kelautan dan
Perikanan Dirjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Konservasi dan Taman
Nasional Laut, Jakarta, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar